Minggu, 13 November 2011

Senja untuk kesekian kalinya

        Senja untuk kesekian kalinya,masih berwarna kuning merah,sangat menyegarkan seperti buah jeruk yang kupetik beberapa detik yang lalu.
Aku melanjutkan langkahku.
Aku ingin menemukan cerita di lain tempat,menemukan bunga aster lain di suatu tempat,di suatu waktu.
Entah berapa kali aku menginjakkan kaki dijalan setapak ini,nihil tetap rasanya aku menemukannya.
Teruslah berjalan,aku tahu dibalik pohon besar itu Claud kesayanganku menguntit seperti berang-berang yang kelaparan.
Tak ada harapan tak ada tujuan.
Mungkin hal seperti itu lah yang dipikirkan Claud tentang aku yang mencari tanpa tujuan,tapi apa lagi yang dapat kulakukan selain hal ini,apakah aku harus duduk dan menunggu Leon dan temanku yang lain datang dengan sendirinya ?
Tentu saja tidak.
Kini aku memasuki hutan yang gelap,sebenarnya bukan lah gelap tetapi terlindung dari cahaya-cahaya didalam sana.
Menemukan gadis itu dan anak-anakku.
        Pada senja ini,aku menemukan serpihan sayap-sayap kelelawar,seperti sayap milik makhluk setengah manusia itu.
Busuk.
Pasti sebusuk makhluk itu,tentu.
Kutelusuri bau busuk yang membuat cuping hidungku mengembang.
Dan memerlukan 4 kali putaran jam aku bisa menemukannya,Leon yang terkapar disebuah batu,dengan wajah yang menyunggingkan senyuman yang mungkin dia anggap senyumannya adalah senyuman termanis di permukaan bumi ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More