Kamis, 17 November 2011

Merah Kembali

      Jam yang sama,aku juga kembali ke dunia ku yang lain,aku berjalan menuju istanaku yang berwarna jambrud cerah,yah seperti terselubungi oleh hutan yang berwarna hijau.
Seketika aku melihat bayangan jumbah merah,ahh keberuntunganku ,batinku.
aku mengendap-endap dibalik pohon-pohon besar yang dapat menyembunyikan seluruh tubuhku.
Yah wanita berwrna merahku,aku menemukannya sekarang.Dia menggunakan jubah merahnya dan sekeranjan buah,entah buah apa saja yang ada disana,namun aku melihat buah apel yang ranum.
       Ku ikuti dia,sesampainya dia disebuah pohon besar dan dia duduk bersandar pada batang pohon itu,lelah ternyata dia.
Dia membuka jubahnya dan mengambil sebuah buku tebal didalam jaket nya,Buku itu ?
Aku tersentak seketika melihat buku apa sebenarnya itu,Buku berwarna merah tua dan gelap itu,sama persis dengan milikku,dan aku tau arti dari semuanya,dia adalah Ratu selanjutnya.

Seperti Kayu Damar

“ana,dia berjalan dibelakang bullannn…” teriak seseorang padaku..
Ahhh  dasar,orang itu kini mempesona ku lagi..bodohnya..
Sungguh bodoh,ya bodoh , ana bodoh,aku kini tersipu malu,pipiku memerah,tangan ku gemetar..ahh apa sebenarnya ini..dia berjalan menghampiriku,apa yang dia bawa. Astaga sebuket mawar merah ?
Lama hidupku,dan kini cintaku telah datang,cinta…..seperti apakah dia itu,wajahnya terlihat lembut,seperti seorang wanita cantik,dengan alis yang hampir menyatu,hidung yang agak runcing dibawah,rambut yang pendek dan benar-benar rapi orang ini,senyumannya meraungkan hewan-hewan dalam jiwa ku..ahh inilah hidup,tak semuanya sedih sayang,selalu ada hal indah dibaliknya.
Saat itu terlena aku dibuatnya,pipiku semerah mawar yang dia berikan padaku.Kini mawar itu  ku bawa kesebuah impian yang tak jauh dari diriku,kupanjatkan doa dengan hayalan ini,ku tetes kan air mataku,ku peluk erat kenangan yang ku buat…
Ya..kematian,kini wajahku merona merah,marah. Tentu. Aku akan marah dan sedih jika seseorang yang ada dihatiku pergi dan tak kembali.Mati.Sudahlah dik inilah hidup,tapi tetaplah aku merindukannya,merindukan punggung hangat itu,tak sempat aku merasakan pelukaannya,tak sempat aku merasakan kehidupan indah dengannya,tak sempat aku mengatakan cintaku padanya…sungguh Tuhan obatilah sakit jiwa ku ini.
Tak bernyawa kini dirinya..hanya sebuah jasad sama dengan benda-benda mati lainnya,hanya benda mati sekarang dia.Namun aku adalah manusia dan aku tak akan tertawa dengan mudah,ku ukir semuanya seperti cerita ku,ku lukis lah semuanya dengan apa yang ada di kepalaku. Dan kini kuceritakan semuanya pada orang itu. Tentang kematian orang yang kucintai. Muhammad Damar Ilham.
Seperti kayu damar yang berjasad dingin,kayu damar yang menawan,mungkin hal inilah kenapa dia mewarisi nama damar,yahh kayu damar yang kecoklatan,kayu damar.

Rumput

Siang ini aku tertunduk lesu di depan laboratorium biologi,menatap kelas ku X2 dan aku menatap rumput-rumput yang hanya bergerak sesekali,berwarna hijau dan garis-garis putih yang menghiasi sepanjang helaiannya,apakah yang mereka pikirkan ? berzikirkah mereka,pikir ku kacau balau,semua urusan yang  yang hancur lebur,senyuman yang tak kunjung muncul,dan harapan yang tak pernah datang. Tapi aku bersyukur, Tuhan masih memberiku pikiran-pikiran berharga “ inilah hidup,dan hidup harus lah tetap pada jalannya” itulah hidupku,mottoku,harapanku….
Aku mencoba memasuki pikiran mereka lagi,ya…pikiran rumput-rumput yang serasa enggan melihat wajahku yang masam dan penuh keringat ini…ahh sudah..inilah hidup.
Kini angin berhembus perlahan,syukurlah…aku dapat melihat mereka lagi,yang seraya menari …begitu anggun lebih anggun dari tarian teman-teman ku tadi kurasa,hhmmmmmmh desahan panjang,pertanda bahwa aku lelah,ya sangat lelah,ingin merebahkan tubuhku di ranjang pink ku,memeluk dolminho,dan mendengarkan lagu-lagu dari yuuya atau vocaloid atau pun menghayalkan aku sedang berjalan dijalan setapak yang berbatu-batu dengan wanita berjubah merahku,atau pun dengan orang itu,bergandengan tangan,bernyanyi dengan suara lembut,dan duduk dibawah pohon mapple dengan menebarkan senyuman masing-masing,atau pun seperti yang kulakukan sekarang,menatap rumput yang mampu berzikir disetiap waktunya,ya dengan pujaan yang telah lama bersarang dan menancapkan akar-akar besi dihatiku..tak dapat dilepaskan maupun dilenyapkan karena dia adalah abadi,dan akan yang setia…
Lelah…aku memasuki ruangan kelas ku,melihat karpet merah yang hangat ini dan gorden-gorden pink yang mempesona….serasi sekali pikirku.
Dan Kulihat pula dia,dengan yang lainnya…si manusia biru yang benar-benar mempesona seperti biru lautan dan langit disiang cerah..yah tapi tetaplah tak semenawan orang itu.Tentu.Seperi kumpulan rumput yang saling menyelisihkan helaian-helaian mereka,berpelukan dikala hujan dan menari dikala cerah tanpa luput dari zikir-zikir mereka.

Minggu, 13 November 2011

senja dilangit-langit mataku

inilah senja itu,aku berjalan meyusuri jalanan dipinggir pantai,butiran pasir dan ombak menggelitiki kakiku,sesejuk inilah hatiku,menatap senja yang berwarna orange,berjalan dengan perlahan menatap matahari yang mulai bersembunyi,angin laut yang dingin menerpa tubuhku, kini aku merapatkan tubuhku dengan jaket tipis yang menyelimuti tubuhku,cukup hangat untukku sendiri...jauh dari semuanya,jauh dari semua yang menatapku dengan hinaan mereka...
   Aku membuka buku catatan ku,kutulis semua yang kulihat saat ini,dengan hati yang berdebar-debar,tak sabar aku...membukakan tiap halaman-halaman tulisan ini untuk nya...

Di balik jendelaku

Malam mulai menyingsing sunyi
menerpa dibalik jendela
sebuah hembusan angin yang dingin
membekukan wajah pucatku
apakah gerangan yang ada dibawah sana
bunga-bunga yang layu menatapku dengan penuh tanya
kenapa kematian datang ?
gelisah tak pernah diam di dadaku
hujan enggan berhenti untuk sekedar menyapa dunia
dibalik jendela ku menunggu
dengan serpihan kenangan yang tak akan menyatu lagi
dengan lembaran bait-bait puisi yang tak pernah berujung
menanti sebuah harapan
dibalik jendela yang dingin
kuhembuskan nafas hangatku
kaca-kaca mulai berembun kecil
kutuliskan namamu disana
tatapanmu..
memunggungi wajahku yang menampakkan senyuman
tidakkah kau melihatku ?
mengapa ?
dimana kah aku sekarang....

Kesepian Memejam

ketika matamu mulai memejam
ketika itu pula kesepianmu datang
aku disini meratapi dengan air mata
aku menunggu disamping kesedihanmu
mata memejam
jiwa mu berlabuh di dunia mimpi
tampak sedih dengan kesendirian ini
mata memejam
menampakkan kerinduanmu padanya
dan melenyapkan senyuman yang dahulu hangat
mata memejam
menampakkan kelemahan sejati manusia
dengan keperkasaan yang dia miliki
kesepian yang melanda malam ini
tak berujung walau mentari menampakkan sinarnya
matamu tetap memejam
merayuku tuk bersamamu
mengajakku untuk berjalan searah
mengayuh kehidupan yang serakah
mata memejam
mataku memejam
beranjak dari dunia nyata

Kesirnaan

maaf
tentang hidup yang belum berakhir
maaf
kala nyawa ku tak berarti
maaf jika kau yang menungguku
kini goyah tak berpijak
hati sungguh satu
teririspun akan tetap menyatu
maaf jika kau yang menyelisihkan tangkai bunga
kini terluka tertusuk durinya
maaf seribu maaf jika kau tak memalingkan wajahmu
wajah yang tersirat sebuah kenyataan tentang kebohonganku
maaf
dikalau lautanpun tak memberi
tapi bukan berarti ku akan lari
ku tak akan pergi dari sebuah realita
penggalan hidup yang baru kujalani
mengarungi sebuah maaf
memikul perasaan yang berbaur dengan kedengkian

Gagak merah

Kering kerontang
memasuki lahan-lahan tanahku
dicelah-celah jari
menyelinap perasaan sakit yang gusar
segusar pemandangan gunung yang bercahaya merah
pergi
pergi menjauh dari tanjakan curam perasaan kami
kesana lah kau berlabuh
kesana lah kau beranjak
pergi sejauh angin membawau
dinginkan lahan-lahan hatiku
yang menyejukkan kami
singkirkan cahaya merah yang merona dibalik pohon-pohon itu
pergi sejauh gagak-gagak berterbangan
karena ketakutan kami akan menghancurkan semuanya

Kenangan seseorang

     Senja mulai datang,merajut malam......
detak jantung mulai melemah seiring dengan suara-suara kesepian yang mulai merayap dikegelapan malam,dengan mata sayu yang masih menatap langit....
Wajah anggun itu,menampakkan kesedihan yang sama,

kegelisahan yang sama pula dengan 3 tahun yang lalu...
Dia menangis,memeluk erat kenangannya yang tak pasti....
    Itulah yang kami lihat pada tanggal 09 september yang lalu,seorang wanita dengan rambut gelap menatap langit yang menangis,dia pun bersama-sama menangis dengan langit....
Terlihat menyedihkan,namun dari sisi lain wajahnya menyunggingkan senyuman...

Senja untuk kesekian kalinya

        Senja untuk kesekian kalinya,masih berwarna kuning merah,sangat menyegarkan seperti buah jeruk yang kupetik beberapa detik yang lalu.
Aku melanjutkan langkahku.
Aku ingin menemukan cerita di lain tempat,menemukan bunga aster lain di suatu tempat,di suatu waktu.
Entah berapa kali aku menginjakkan kaki dijalan setapak ini,nihil tetap rasanya aku menemukannya.
Teruslah berjalan,aku tahu dibalik pohon besar itu Claud kesayanganku menguntit seperti berang-berang yang kelaparan.
Tak ada harapan tak ada tujuan.
Mungkin hal seperti itu lah yang dipikirkan Claud tentang aku yang mencari tanpa tujuan,tapi apa lagi yang dapat kulakukan selain hal ini,apakah aku harus duduk dan menunggu Leon dan temanku yang lain datang dengan sendirinya ?
Tentu saja tidak.
Kini aku memasuki hutan yang gelap,sebenarnya bukan lah gelap tetapi terlindung dari cahaya-cahaya didalam sana.
Menemukan gadis itu dan anak-anakku.
        Pada senja ini,aku menemukan serpihan sayap-sayap kelelawar,seperti sayap milik makhluk setengah manusia itu.
Busuk.
Pasti sebusuk makhluk itu,tentu.
Kutelusuri bau busuk yang membuat cuping hidungku mengembang.
Dan memerlukan 4 kali putaran jam aku bisa menemukannya,Leon yang terkapar disebuah batu,dengan wajah yang menyunggingkan senyuman yang mungkin dia anggap senyumannya adalah senyuman termanis di permukaan bumi ini.

Datang tapi tak bisa kembali

Aku datang kesini dengan seribu harapan.
Pelukan hangat dari saudara angkat ku Liana.
Canda tawu Liendan yang akan menggema keseluruh negri ini.
Bunga-bunga mawar merah yang akan ditaburkan Claud ke atas kepala ku, dan memetik delima-delima semerah darah bersama Leon.
Menyenangkan tapi tak tergapai.
Semuanya telah pergi.
Aku ingin kembali tapi aku terpenjara disini
oleh kesepian dan ketakutan.
Aku sungguh takut,tapi aku akan lebih takut lagi jika aku kembali kedunia ku.
Terlalu banyak masalah yang tak sanggup kuhadapi.
Seperti bunga aster yang terlupakan dan kini aku hanya dibayangi warna gemerlap merah dan merah.
Bayangannya terlalu mepesona lebih dari yang dapat dibayangkan suaranya terlalu lembut lebih dari sehelai sutra.
Aku pernah mencoba membuntutinya,tapi hasilnya tetap nihil dia seperti burung,datang dan pergi semaunya.
Kadang kutunggu dijalan setapak itu membawakannya setangkai mawar merah bahkan sebuket bunga mawar merah.
Aku takut membawakannya yang berwarna putih,entah apa baginya arti warna pucat tersebut.
Tapi mungkin aku akan memilih warna putih karena aku suka warna yang berwarna pucat.
Ya...seperti dia  juga datang tapi tak kembali
tapi aku datang untuk kembali , mungkin itulah arti warna  pucat itu.

kembali kemasa lalu

Aku ingin mengambil beberapa pensil dan kertas.
Itu berarti aku akan pulang.
Oh..hal yang paling ku benci,aku bukan siapa-siapa kalau aku pulang nanti.
Rumah.
Sendirian.
Orang-orang yang menghina ku hanya karena aku berteman dengan orang yang bau.
Orang-orang yang menjauhiku hanya karena aku seorang yang penyendiri.
Aku benci semuanya.
Mereka memanfaatkan ku,mereka hanya berteman dengan ku kalau mereka membutuhkan ku..
Tapi aku juga merindukan dia.
Dia yang pernah menyayangiku dengan tulus,tapi aku terlalu jahat untuk jadi pendampingnya.
Ahh lupakan dia,dia pangeran yang jauh lebih hebat dibandingkan denganku,dia juga yang menghinaku.
Senja saat ini begitu muram semuram wajahku yang buruk.
Kini ku buka lembaran-lembaran kertas catatan harianku
  
      19 septeber 2021
Hari ini aku dianugrahi seorang bayi..hihi masih 3 bulan..aku berharap anak ini nanti hidungnya mirip dengan orang itu.
Tapi suami ku kini pergi kejepang , aku belum memberitahukannya tentang kehamilanku,sungguh kejutan yang menyenangkan untuknya,aku tidak sabar melihat senyumannya dan mungkin dia akan terharu
dan air matanya yang sebening kristal akan jatuh dipelukanku.
Orang itu mungkin sedang memeluk boneka beruang yang kuberikan sebelum dia berangkat sebulan lalu.
Entah senja yang keberapa aku membayangkan wajah suami ku yang tersenyum dengan bahagia.
Anak ku.
Anak kita.

Emerald pertama kita.

        Kenangan manis
aku meneteskan air mataku,Emerald pertama ku,entah dimana dia sekarang,takdir memang mengejutkan kini aku dan putri atau mungkin putra ku terpisah sangat jauh ,
suami ku,keluargaku.
Sekarang aku kembali kebuku ceritaku , aku terpenjara lagi disini,menjadi ratu,Arienna Emerald penguasa daratan Camellia.
Terakhir aku kesini ketika aku berumur 14 tahun,dan 2 tahun lalu aku kembali lagi kesini..
Penguasa lagi.
Tapi disini kehidupan banyak berubah.
Liendan sudah tidak ada
Rowenda sudah mati terlebih dahulu sebelum aku menikah dengannya,dan cincin perak itu masih melekat dijari kelingkingku.
Dan Leon menghilang ketika ku tinggalkan,aku sungguh merasa bersalah atas apa yang kulakukan,aku mencarinya namun sampai sekarng aku masih belum menemukan jejaknya,istana sangat sepi tanpa erangannya yang menakutkan.
Juga aku sekarang,aku tidak serakah lagi dan egois karena kehidupan disana banyak mengajarkan aku,terutama suami yang terlalu sabar,dia selalu setia menemaniku disaat-saat hati ku mulai mengeras.
Tapi kini..aku sendirian tidak ada musuh apalagi teman,entah siapa yang mendamaikan negri ini,tapi perang sudah usai,dan bunga bebas bermekaran.
Membosankan memang tapi ini banyak merubah keadaan istanaku,yah istana tanpa raja,dan tadi malam pangeran Yusaku datang melamarku,seperti seorang kekaisaran jepang,namu wajahnya dan kerajaan bukan  jepang,hanya namanya yang seperti itu,seperti Sherlock holmes diabad 19 dulu.
aku menolak,tentu saja ...
Mana sanggup aku melupakan keluarga yang sudah kubangun dengan susah payah..
Yah ini memang masa lalu yang kelam.Aku terpenjara disini lagi,mungkin aku akan mencari wanita berjubah merah itu untuk kucintai.

Minggu yang panjang

Kini warna merah selalu mengingatkanku pada bayangannya.Entah sampai kapan aku terlena oleh warnanya,para prajuritku kini hanya bersantai,para pelayanku kini hanya bisa diam,aku seperti seseorang yang sedang jatuh cinta..
apa ? pikirku sendiri.
Aku bingung mana bisa aku jatuh cinta dengan seorang wanita yang pernah menghardikku,besuara lebih keras dari ku,aku seorang ratu,aku penguasa.
Aku ratu..hatiku sudah dipenjara oleh sang penguasa negara Sardonyx,sungguh malang rupanya nasibku..
tapi apa daya ku,menggapainya pun aku tak sanggup.
Pagi ini hujan turun dengan tak wajar,terlalu deras untuk pagi yang menyiksaku..
Aku hanya menatapi tetes hujan yang menampar-nampar kecil kaca jendela kamar ku..
Dan kini kemalangan lagi,Claud terlambat untuk membangunkanku..
ini sudah waktunya dia datang,menyeduhkan teh berwarna merah,sehangat mentari,yah tapi pagi ini mentari tak muncul,mungkin dia bosan karena aku selalu menatapnya dengan kegelisahan yang sangat.
Bodoh.

Pagi Yang Berwarna Merah

Laksana cinta yang bermuara pagi ini...
indah tak berujung..
hari ini sama dengan hari-hari sebelumnya..
aku bertemu wanita berjubah merah.
"wanita aneh" hardiknya ketika aku memberikan setangkai mawar yang berwarna putih.
Entah yang keberapa kali aku menyunggingkan senyuman yang paling manis yang kumiliki,dia tetap tak membalasnya..
sungguh aku memang wanita yang tak beruntung..
mungkin karena dia tidak suka warna putih pikirku.
Besok aku akan datang dengan jubah hijauku..
aku ingin menjadi tangkai baginya,menjadi salah satu dalam pusaran waktunya..
Sungguh pagi ini dunia seindah bunga-bunga musim semi yang bermekaran,untuk pertama kalinya aku mendengar suaranya....
Menggelitik ditelinga ku,aku selalu tertawa bagaikan orang yang gila..

Pertemuan Kembali

Suatu senja yang dingin.
Aku kembali menunggu dijalan setapak itu.
Membawa mawar merah.
Lagi. Tentu saja apapun dengan cinta.
Tapi cinta dalam arti kasih sayang,karena cinta itu banyak mempunyai arti.
Aku menggunakan jubah hijau jambrud ku.
Dia datang dengan membawa keranjang dari rotan entah apa yang ada didalam keranjang itu, aku tak peduli.
Aku menatapnya,tapi aku tidak tersenyum,aku takut.
Dia menatapku.
" apa yang kau lihat yang mulia ?''
Astaga dia tahu siapa aku.
"oh..warna mu merah ,boleh aku membawa mu?''
dan ini hal yang tak dapat ku kendalikan,keadaan ku kembali seperti semula,astaga...
aku egois lagi ? semoga tidak.
Aku menyunggingkan senyuman ku,yang aku rasa inilah yang paling manis.
"siapa namamu '' tanya ku lagi..
tapi kini dia tak menjawab,dia melanjutkan langkahnya yang tadi tertahan karenaku.
Langkahnya kian jauh.
Jauh,jauh dan jauh.
Hingga jejaknya hilang dibawa angin sedangkan aku membeku disini.
Konyol,aku kenapa.
hahahaha...
seperti kelinci yang tertipa batu.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More